Kamis, 17 Oktober 2013

FAKTA-FAKTA TENTANG NILAI PHI

Phi alias 3,14 sudah tak asing. Hampir setiap orang pernah memakainya, setidaknya semasa sekolah untuk menghitung luas lingkaran atau volume bola.

Meski demikian, tak banyak yang tahu tentang Phi, proses penemuannya hingga misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan. Banyak yang cuma menggunakan atau menghafalkannya, tanpa memaknai.

Rabu (14/3/2012) adalah waktu yang tepat untuk mengenal Phi. 14 Maret selalu diperingati sebagai Phi Day. Tanggal ini diphilih sebab dalam format penulisan bulan/tanggal (3/14) tepat merepresentasikan Phi.

Phi telah dikenal selama 4000 tahun. Phi merepresentasikan hubungan antara keliling dan diameter lingkaran. Meski demikian, belum diketahui siapa yang sebenarnya menemukan Phi.

Angka Phi yang dikenal saat ini, 3,14, adalah pembulatan. Sebenarnya, angka Phi adalah 3,141592653.... Ujung Phi, alias angka desimal dari Phi belum ditemukan.

Perlombaan menemukan Phi yang seakurat mungkin alias sebanyak-banyaknya angka di belakang koma dalam Phi adalah salah satu yang menarik untuk diamati.

Masyarakat Babilonia yang melakukan penghitungan menyebutkan bahwa angka Phi adalah sedikit lebih besar dari 3. Besarnya kira-kira 3 1/8 atau 3,125.

Sementara, matematikawan Mesir melakukan penghitungan lagi dan menemukan bahwa Phi adalah 3,16049. Kedua angka tersebut tentu saja belum akurat.

Matematikawan Yunani, Archimedes of Syracrus (287-212 SM), mulai mendekati keakuratan. Dengan menggunakan poligon, ia menyatakan bahwa Phi adalah 3,1485.

Di belahan timur, matematikawan Cina Zhu Chongzhi (429-500 M), semakin mendekati keakuratan. Ia menyatakan dalam pecahan bahwa Phi adalah 355/113 atau 3,1415929.

Kemajuan pencarian Phi mulai terjadi abad 15 dan 17. Matematikawan India (Madhava) dan Jerman (Gottfried Leibniz) menemukan seri Madhava-Leibniz. Phi dinyatakan hingga 11 angka di belakang koma.

Tahun 1707, mulailah diperkenalkan lambang Phi dalam aksara Yunani. William Jones, matematikawan dari Welsh, adalah yang mengenalkannya. Meski demikian, lambang itu baru dipopulerkan oleh Leonhard Euler pada 1737.

Hingga sebelum era komputer, perhitungan Phi yang paling akurat adalah yang dilakukan D.F Ferguson. ia berhasil menghitung nilai Phi hingga 620 angka di belakang koma.

Pada era selanjutnya, kemajuan besar diperoleh. Tahun 1947, perhitungan dengan kalkulator membuahkan hasil nilai Phi hingga 710 angka di belakang koma.

Sementara itu, Takahashi Kanada pada tahun 1999 berhasil menghitung hingga 206.158.430.000 angka di belakang koma dengan Hitachi SR800. Tim Universitas Tokyo berhasil menghitung hingga 1.241.100.000.000 angka di belakang koma.

Rekor terbaru dipegang oleh oleh Shigeru Kondo dan Alexander Yee yang dengan superkomputernya berhasil menghitung Phi hingga 5 triliun angka di belakang koma.

Kondo dan Yee membutuhkan waktu 90 hari untuk menghitung Phi hingga 5 triliun angka di belakang koma. Sebanyak 20 hard disk eksternal dibutuhkan. Verfikasi membutuhkan waktu 68 jam.

Hingga kini, ujung dari Phi belum ditemukan. Bahkan, Phi mungkin tak memiliki ujung. Satu per satu rekor penghitungan Phi akan terkalahkan seiring waktu.

Sementara Phi masih digemari dan berbagai kalangan, kini dikenal Tau. Nilai Tau adalah 2 kali Phi, alias sekitar 6,28. Bilangan ini mulai dikenalkan sejak tahun 2001 dan mulai mendapat banyak dukungan.

Tau dianggap memiliki kelebihan dibanding Phi. Salah satunya, Tau dianggap lebih mudah dipahami dibanding Phi sehingga membantu awam dalam memahaminya.

Entah Phi atau Tau yang diphilih, peringatan Hari Phi bisa menjadi kesempatan bagi siapa pun, terutama oranguta dan pendidik, untuk mengenalkan matematika.

Ada banyak cara untuk merayakannya. Massachusets Institute of Technology, misalnya, mengirimkan surat keputusan pada calon mahasiswa pada Phi Day pukul 6.28 waktu setempat. Ini semacam kompromi antara Tau dan Phi.

Di Indonesia, beragam kegiatan sederhana bisa dilakukan. Permainan yang membantu mengkomunikasikan konsep Phi bisa dilakukan di kelas atau di rumah.


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar