Sabtu, 21 Mei 2011

Musik Baik untuk Jantung


Bila anda penggemar musik, mulailah memilih musik yang tepat untuk kesehatan anda, karena menurut sebuah penelitian, musik mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesehatan tubuh manusia. Musik memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.

Banyak orang tidak bisa tidur jika tidak diringi musik saat mau tidur. Atau para pengemudi bakal merasa
jenuh menyetir bila tidak ditemani musik dalam perjalanan. Bahkan, saat beraktifitas di kantor pun, musik mempunyai peranan penting dalam membangun gairah semangat kerja para karyawan. Menurut sebuah penelitian, mendengar musik ternyata berpengaruh terhadap kesehatan. Misalnya, mendengar musik bertempo
lambat atau meditatif membawa dampak bisa menenangkan perasaan orang, serta memperlambat nafas dan kecepatan jantung mereka.

Sementara, mendengarkan musik yang lebih cepat dengan tempo yang lebih
menghentak memiliki dampak berlawanan, yakni mempercepat pernafasan dan
detak jantung, demikian kesimpulan sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal
Heart. Studi itu mendukung badan riset tentang potensi keuntungan musik yang
mengurangi stres bagi kesehatan. Riset lain menunjukkan musik dapat
menghilangkan stres, memperbaiki kinerja atletik, meningkatkan gerakan pada
pasien yang mengalami gangguan syaraf akibat stroke atau penyakit Parkinson,
dan bahkan meningkatkan produksi susu pada hewan perah, kata Dr. Peter Sleight
dari Universitas Oxford di Inggris dan koleganya dalam laporan mereka.
Dalam studi baru itu, para peneliti memantau kecepatan pernafasan, tekanan
darah dan indeks pernafasan dan jantung yang lain, pada 24 pria dan wanita
sehat, sebelum dan selama mendengarkan beberapa petikan jenis musik yang
berbeda, termasuk musik klasik yang cepat dan lambat dengan kompleksitas yang
berbeda serta musik rap. Mereka juga memantau subyek selama istirahat tidak
mendengarkan musik selama dua menit. Setengah dari subyek merupakan musisi
terlatih, sedangkan setengahnya lagi tidak mendapatkan latihan musik. Para
peneliti melaporkan bahwa mendengarkan musik memproduksi tingkat getaran
yang bervariasi, mempercepat pernafasan, meningkatkan tekanan darah dan
detak jantung yang sebanding dengan tempo musik dan mungkin kompleksitas
ritme.

Gaya musik atau kesukaan musik seseorang tampaknya kurang penting dibanding
tempo musik. Mereka juga menemukan bahwa ketenangan disebabkan oleh ritme
yang lebih lambat dan, secara menarik, oleh jeda atau istirahat dalam musik.
Mengistirahatkan musik selama dua menit menyebabkan kondisi relaksasi yang
lebih besar dibanding yang terlihat sebelum mulai mendengarkan musik. Dampak
itu terjadi pada orang yang mendapatkan pelatihan musik, mungkin karena
mereka telah belajar untuk menyamakan nafas mereka dengan segmen musik.
"Musisi bernafas lebih cepat dengan tempo yang lebih cepat, dan memiliki dasar
kecepatan bernafas yang lebih lambat dibanding non-musisi," kata Dr. Sleight.
Sleight dan mitranya berspekulasi bahwa musik mungkin memberikan kesenangan
(dan mungkin keuntungan bagi kesehatan) sebagai akibat alterasi yang terkendali
antara getaran dan relaksasi. Mereka menyimpulkan bahwa pemilihan jenis musik
yang tepat, berganti-ganti antara ritme lambat dan cepat dengan diselingi
dengan jeda dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan relaksasi dan mungkin,
karena itu, memberi dampak menguntungkan bagi penderita jantung dan stroke.
Penderita Jantung dan Darah Tinggi Hindari Vitamin B Pada penelitian lain seputar
jantung yang dilakukan di Swedia, disimpulkan bahwa mengkonsumi Vitamin B
untuk mencegah serangan jantung dan darah tinggi bukanlah tindakan yang baik
dan bahkan bisa berbahaya.

Sebelumnya para ahli sempat berpendapat vitamin B bisa mengurangi unsur darah
yang disebut 'vitamins homocysteine', yang memiliki keterkaitan dengan resiko
serangan jantung. Namun pendapat ini dimentahkan dengan sebuah penelitian
terbaru yang memperlihatkan konsumsi vitamin B tak ada gunanya walau memang
bisa menurunkan homocysteine.

Penemuan ini dijabarkan dalam pertemuan Masyrakat Kardiologi Eropa yang
berlangsung di ibukota Swedia, Stockholm dimana para peneliti dari Norwegian
Vitamin Trial atau NORVIT dari Universitas Troms Swedia meneliti sekitar 4.749
penderita serangan jantung. Seluruh penderita dibagi ke dalam 4 kelompok dan
masing-masing menerima perlakukan berbeda disamping pengobatan biasa yang
sedang mereka jalani. Keempat grup mendapat Vitamin B, Vitamin B6, dan
gabungan dua Vitamin tersebut, selain obat biasa selama 3 tahun.

Setelah 3 setengah tahun berselang, kelompok yang mengkonsumsi Vitamin B dan
kelompok dengan Vitamin B6 menghadapi peningkatan kecil dalam resiko
kardiovaskular. Namun kelompok yang mengkonsumsi kedua vitamin menghadapi
resiko peningkatan serangan jantung dan darah tinggi sebesar 20 persen meskipun
tingkat homocysteine mereka turun sampai 30 persen.

Hasil tersebut menunjukkan peningkatan 40 persen resiko pada kelompok yang
mengkonsumsi Vitamin B, namun para peneliti itu menegaskan penyelidikan lebih
lanjut tetap harus diperlukan. Profesor Kaare Harald Bonaa penulis laporan
penelitian mengatakan, hasil dari NORVIT penting karena resep Vitamin B dosis
tinggi dari dokter tidak bisa mencegah serangan jantung dan darah tinggi. "Vitamin
B seharusnya hanya diberikan kepada orangorang yang kekurangan Vitamin B,"
kata Profesor Kaare.

Sementara itu Profesor Peter Weissberg, Direktur Medis Yayasan Jantung Inggris
menganjurkan agar orang tidak mengkonsumsi Vitamin B untuk mencegah
serangan jantung dan darah tinggi. Study tersebut justru memperlihatkan adanya
peningkatan serangan jantung dan darah tinggi. Vitamin B direkomendasikan bagi
wanita hamil untuk mengurangi cacat pada kelahiran.

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar